Motivasi

    Senin, 05 Desember 2016

    Unknown

    Do’a Yang Diajarkan Oleh Rasulullah SAW Ketika Keluar Rumah



    JALSATUL ISTNAIN MAJELIS RASULULLAH SAW
    HABIB ALWI BIN ABDURAHMAN AL HABSYI

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin Ke-11

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     

    عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ قَلَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى الله  وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ يُقَالُ لَهُ هُدِيْتَ وَ كُفِيْتَ وَ وُقِيْتَ وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ) رواه أبو داود و الترمذي و النسائي و غيرهم و قال الترمذي حديث حسن


    Artinya : Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa mengucapkan yakni jika keluar dari rumahnya Dengan Nama Allah aku telah bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya terkecuali atas kuasa Allah maka kepada orang itu dikatakanlah : Engkau telah di beri petunjuk, telah dicukupi, dan telah diberi penjagaan. Setan pun akan menyingkir dari orang tersebut”
    (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Annasaai dan lainnya, berkata Tirmidzi hadits hasan.

    الْحَمْدُ ِللهِ

    وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَىرَسُوْل الله

    وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِومن والاه


    Yang kita hormati para guru-guru kita semuanya Habib Ja’far, Habib Hud, Habib Baghir, Habib Ahmad Alaydrus, maupun para habaib lainnya serta para guru mudah-mudahan semuanya panjang umur. (amiinn)
    Hadirin hadirot setelah kita bersyukur kehadirat Allah SWT, Sholawat dan salam untuk Baginda Rasulullah SAW. Kita akan membaca sedikit dari pada hadits yang ke-11 daripada kitab yang Hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin yang dirangkum oleh Sayyidil Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh mudah-mudahan beliau panjang umur sehat afiyah dan kita mendapatkan barokahnya (amiinn yaa robbal’alamiin).
    Hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin Ke-11

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     

    عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ قَلَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى الله  وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ يُقَالُ لَهُ هُدِيْتَ وَ كُفِيْتَ وَ وُقِيْتَ وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ) رواه أبو داود و الترمذي و النسائي و غيرهم و قال الترمذي حديث حسن

     

    Artinya : Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa mengucapkan yakni jika keluar dari rumahnya Dengan Nama Allah aku telah bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya terkecuali atas kuasa Allah maka kepada orang itu dikatakanlah : Engkau telah di beri petunjuk, telah dicukupi, dan telah diberi penjagaan. Setanpun akan menyingkir dari orang tersebut”
    (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Annasaai dan lainnya, berkata Tirmidzi hadits hasan).
    Hadits ini hadirin hadirot Rahimakumullah, mengajarkan kepada kita tentang 2 hal. Yang pertama tidak melepaskan diri kita dengan Allah SWT dimanapun kapanpun dan dalam keadaan bagaimana pun contohnya ketika kita keluar dari rumah, yang ke dua bersandar hanya kepada Allah SWT sehingga hadits ini diajarkan kita oleh Baginda Rasul SAW didalam suatu ungkapan haditsnya didalam riwayat imam Anas Ibn Malik

    مَنْ قَلَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ

    “Siapa orang membaca ketika orang keluar dari rumahnya”. Dalam arti kata rumah dia pribadi atau tempat dia ngontrak atau apapun intinya rumah, karena didalam qo’idah rumah itu :
    Ma’qudzun minal baitu tatii wahiyaa naumun lailan wa summya baitan lii kafraatinnas al baytu tatii fihaa
    “Dinamakan rumah karena banyaknya orang jiakalau tidur beristirahat didalam tempat tersebut dinamakan rumah”.
    Sebagian ulama mengatakan, Al Imam Al Qurtubi :
    Quluu maa yasturuka min jihatikal arba’ fahuwa jidaarun
    “Setiap sesuatu yang menutupi badan mu dari 4 arah (kanan, kiri, depan, belakang) itu dinamakan tembok”
    Faaidzan tawwamat wattasholat yusamma baytan
    “kalau 4 arah sudah menutupi anda tersusun rapih dan tertutup maka dinamakan itu rumah (walaupun gubuk, walaupun dia ngontrak)”
    Jadi kata Nabi SAW:

    مَنْ قَلَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى الله  وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ يُقَالُ لَهُ هُدِيْتَ وَ كُفِيْتَ وَ وُقِيْتَ وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ

    “Jikalau seseorang yang keluar dari rumahnya dia baca “بِسْمِ اللهِ” (Saya keluar rumah dengan nama Allah SWT)”. tadi kita dengar pelajaran dari habib ja’far tentang masalah “بِسْمِ اللهِ” yang begitu penting hukum-hukumnya yang layak kita dengarkan, segala sesuatu menjadi berkaah jikalau kita mengucapkan nama Allah SWT “بِسْمِ اللهِ” kita meminta kepada Allah SWT ketika kita keluar dari rumah mengucapkan “بِسْمِ اللهِ” minta tolong kepada Allah SWT, “تَوَكَّلْتُ عَلَى الله” bersandar hanya kepada Allah SWT, meminta perlindungan kepada Allah SWT berserah diri kepada Allah SWT, “وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ” tiada daya dan upaya kecuali dari Allah SWT. Ini 3 dzikir, yang pertama بِسْمِ اللهِyang kedua ucapan تَوَكَّلْتُ عَلَى الله  yang ketiga لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ, artinya لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِsudah diartikan langsung oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Al Imam Ibn Mas’ud ketika membaca “لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ” Nabi SAW dengar lalu Nabi SAW bertanya “apa  kamu tau artinya “laa hawlaa walaa quwwata ilaa billah”?”, Al Imam Ibn Mas’ud menjawab “tidak ada daya kita mencegah diri kita daripada melakukan perbuatan dosa, tawakkaltu alallah walaa hawlaa walaa quwwata ilaa billah”. Kata Nabi SAW “Sesungguhnya engkau telah mendapatkan petunjuk, sesungguhnya engkau telah dicukupi oleh Allah SWT, sesungguhnya engkau telah dilindungi oleh Allah SWT berkat bacaan tersebut (amiin)”, maka dijauhkan dari orang tersebut yang membaca kalilmat ini ketika ia keluar dari rumahnya dijauhkan daripada syaitan.
    Hadirin hadiorot rahimakumullah, hadits ini diriwayatkan oleh al Imam Tirmidzi dan Imam Abu Daud, dan dihasankan oleh imam Tirmidzi, dalam ungkapan hadits yang diriwayatkan murni oleh imam Abu Daud ada  tambahan hadits ini yaitu Rasul SAW bersabda :
    Ketika orang membaca do’a ini, maka setan tersebut yang ada disitu saat itu mengatakan kepada setan-setan yang lain “wahai setan-setan yang lain jangan ganggu ini orang, karena dia sudah mendapatkan hidayah, dia sudah mendapatkan kecukupan dari Allah SWT karena tawakkalnya, dia sudah dilindungi oleh Allah SWT berkat doa tersebut”.
    Jadi makanya kalau kita keluar rumah jangan lupa, yang pertama kita baca “bismillah tawakkaltu alallah”. Kita baca bersama

    بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى الله  وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

    Al Imam Aththibiy pernah berkata melalui ungkapan beliau, ketika menyaksikan hadits ini doanya Nabi SAW ini 3 dzikir lengkap, yang pertama bacaan “بِسْمِ اللهِ” kalau orang akan dikasih barokah oleh Allah SWT, yang kedua membaca “تَوَكَّلْتُ عَلَى الله” dia bertawakkal kepada Allah SWT, berkat tawakkalnya itu segala urusannya dimudahkan oleh Allah SWT, lalu dia baca
     “لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ” berkat bacaan tersebut dia lindungi oleh Allah SWT dari musibah. Makanya jangan sampai kita meninggalkan apa yang sudah diajarkan oleh baginda kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan perjalanan kita dilindungi oleh Allah SWT, dijaga oleh Allah SWT dan urusan kita dikasih barokah.  (amiiin yaa robbal’alamiin)
    Saya tidak berpanjang kalam, akan dilanjutkan nanti oleh Al Habib Baghri, mudah mudahan kita mendengar tentang keutamaan rajab menjadi ilmu buat kita dan juga tentang hukum-hukum dari “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” bisa kita pahami, dan Dzikir faedah manfaat untuk selalu kita baca setiap kita keluar dari rumah bisa kita istqomah membacanya “bismillah tawakkaltu alallah walaa hawlaa walaa quwwata ilaa billahil aliyil adzim”.

    Wal afwu minkum
    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Unknown

    Ikhtiar dan Tawakkal



    Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
    Habib Alwi Bin Abdurahman AlHabsyi

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
    وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
    وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
    وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
    اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
    سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
    رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ
    الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
    وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
    لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
    وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
    حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
    نعم المولى ونعم النصير

    Yang kita hormati dan kita cintai semua orang tua orang tua kita, yang kita hormati terlebih khusus para cucu keturunan Baginda Rasulullah SAW yang berada ditengah-tengah kita malam ini, diantaranya guru kita atau orang tua kita AlHabib Abdurahman Bashuroh, juga kepada orang tua kita AlHabib Nabiel Bin Fuad AlMusawa, guru kita yang kita cintai AlHabib Ja’far Bin Baghir Alatthos, dan Juga AlHabib Baghir bin Alwi Bin Yahya, dan juga para Habaib lainnya ada Habib Ahmad Alaydrus juga AlHabib Muhammad AlKhaff, dan para guru-guru kita yang lain.
    Hadirin hadirot Rahimakumullah, kita baca bersama Hadits malam ini :
    Hadits Quthuful Falihin yang ke-10
    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    عن عمر رضى الله عنه قال، سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلّى الله عليه و سلّم يَقُوْلُ: (لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَ كَّلْونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَعْدُو خِمَا صًا وِتَرُوحُ بِطَانًا)
     رواه الترمذي و قال حديث

    Artinya: “Dari Umar Ra berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki ; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang disore hari dalam keadaan kenyang” (HR Tirmidzi Hasan)

    Hadirin hadirot Rahimakumullah, malam ini kita berada pada Hadits yang ke 10, dari hadits Quthuful Falihin yang dirangkum oleh guru mulia kita AlHabib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidh (semoga Allah panjangkan Umurnya, Allah  sehatkan badannya, Allah Murahkan Rizkinya, dan kita mendapatkan barokahnya, Amiinn). Yaitu suatu hadits yang diriwayatkan oleh sayyidina Umar Ibn Khattab Ra (Semoga Allah meridhoinya dan kita mendapatkan barokahnya, amiin).
    Tentunya kita sudah banyak mendengar dan mengetahui tentang sejarah Sayyidina Umar Ibn Khattab,  beliau adalah salah satu khalifah baginda Rasul SAW, salah satu orang yang dijamin surga melalui lisan baginda Nabi Kita Muhammad SAW. Lalu kemudian kita melihat hadits ini dimana Rasul SAW bersabda :
    Andai kata kalian semua orang yang beriman (laki, perempuan, tua, muda), sahabatku para tabi’in tua muda sampai anak cucu kita,
    لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَ كَّلْونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِه
    Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT dengan tawakkal yang sebenar-benarnya
    Andai kata kata Nabi SAW, kita semua benar-benar bertawakkal sama Allah SWT dalam segala keadaan enak/tidak, senang/susah, didalam rumah/jalanan kita betul betul bertawakkal kepada Allah SWT, apa kata Nabi SAW?
    لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَعْدُو خِمَا صًا وِتَرُوحُ بِطَانًا
    “Pasti kalian diberi rizki sama Allah, amiiin. sebagaimana laksananya seekor burung dia diberi rizki oleh Allah SWT, dimana itu burung sebelum terbit matahari sudah keluar, perutnya burung masih kosong, perutnya burung belum sedikitpun masuk apapun dipagi hari, lalu kembali disore hari pulang sudah kenyang”.  Ini gambaran dari Rasul SAW. Kalau orang bertawakkal kepada Allah SWT maka Allah SWT jamin rizkinya, begitu indahnya hadits Rasul SAW menggunakan kalimat burung, sehingga para ulama dari zaman Rasululah SAW meninggal dunia, hingga tabi’in tabi’in sampai pada imam Syafi’i Ra.
    Firman Allah SWT :
    مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
    “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” – (QS. Ath Thalaaq 65:2)
    وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
    “Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” – (QS. Ath Thalaaq 65:3)
     Lazimkanlah kamu takwa sama Allah SWT, jangan kamu lalai, Allah SWT akan kasihkan kamu rizki dari jalan yang tidak kamu duga-duga (amiinn), siapa orang yang menduga rizki itu bisa diperoleh dengan kekuatan, dengan kerja siang malam? Tidak, kalau rizki diperoleh dengan orang yang kuat saja, rizki orang yang kerjanya dikantor saja, rizki diperoleh oleh orang yang punya tittle saja, maka burung yang kecil ga kebagian, semua sudah diambil oleh burung gagak saja, burung rajawali (burung-burung yang besar saja) kalau burung-burung yang besar saja, burung yang kecil tidak kebagian, tapi rizki Allah SWT kasih kepada siapa saja.
    Hadits ini kita bisa ambil dua manfaat, yang pertama bab tentang tawakkal, anjuran kita ini disuruh sama Rasul SAW senantiasa bertawakkal dengan keyakinan kuat besandar kepada Allah SWT, yang ke dua pelajaran kita ini diajarin sama Nabi SAW jangan jadi orang malas, kerja! Ikhtiar! Baik bercocok taman, keterampilan, berdagang, apapun yang kita bisa selagi halal, dengan tujuan Tholabul Rizq (mencari rizki) yang Allah SWT berikan dimuka bumi ini, itu termasuk orang yang bertawakkal, orang yang kerja dia orang tawakkal, sebagaimana disampaikan sama Rasulullah SAW, burung saja terbang, ia tidak duduk. Kita juga tawakkal mencari Anugerah Allah SWT dalam meminta perlindungan diri dari Musibah dengan bertawakkal kepada Allah SWT, sehingga kalau kita buka Al-Qur’an, tawakkal ayatnya banyak, sehingga kata ulama menjadi satu syarat orang yang beriman laki/perempuan tidak akan sempurna imannya kecuali dia punya sifat tawakkal (mudah-mudahan kita punya sifat tawakkal, amiin).
    Allah SWT berfirman dikatakan :
    وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
    “Dan hanya kepada Allah SWT hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal (Berserah Diri)” (Q.S Ibrahim Ayat 12)
    Jadi kalau orang beriman tidak bertawakkal maka imannya tidak sempurna , jadi iman itu sangat penting. Jadi semakin tebalnya iman seseorang maka semakin tebal juga sifat tawakkalnya (mudah-mudahan iman kita tebal, amiin), ketika orang mukmin mukmina imannya menipis sifat tawakkalnya pun hilang. Imam Ghozali dalam iyya’ulumuddin mengambarkan tawakkal itu laksana badan dari kepala, tidak mungkin badan bejalan tanpa kepala, atau sebaliknya kepala ada badannya tidak? Tidak mungkin, tawakkal juga begitu. Laksana tawakkal itu seperti badan, kepala adalah iman.
    Hadirin hadiot rahimakumullah, Al Imam Baihaqqi didalam kitab su’abul iman beliau mengatakan tentang hadits ini, ini hadits bukti bahwa rizki itu yang diajarkan Sama Rasul SAW dianjurkan harus dicari. Bukan berarti orang harus duduk saja diatas sajadahnya, diam saja dirumahnya, tidak. Ini dalil hadits mengajarkan kita bekerja, apapun pekerjaannya. Semakin kita capek didalam mencari rizki yang halal maka Allah SWT catet sebagai ibadah.
    Dalam hadits imam Tabrani dibawa oleh imam ibn Abbas Ra, bahwasannya Rasul SAW pernah bersabda :
    “Siapa orang disore hari kecepean karena kerja dari usahanya sendiri, capek terpatri karena usaha tangannya sendiri tidak bergantung kepada orang, maka disore itu Allah SWT ampuni dosanya”
    Ada lagi riwayat hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Imam Bukhori dan dibawa oleh imam Mighdad Ra, Rasul SAW bersabda :
    “Tidaklah seseorang makan dari makanan yang lebih baik dari makanan hasil usaha keringatnya sendiri” (mudah-mudahan Allah SWT kasih kepada kita pekerjaan yang halal, amiin).
    Didalam suatu riwayat yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Assaqir, dikeluarkan dan dibawa oleh sayyidina Annas, baginda Rasul SAW pernah bersabda :
    “Tidak ada kebaikan sedikit pun orang yang ninggalin akhiratnya untuk dunia (tidak sholat, tidak puasa, tidak mau keluarin zakat, tidak peduli sama orang tuanya)”. karena urusan dunianya, maka tidak ada kebaikan, ada orang duduk sholat duduk sholat hanya berharap kepada makhluk maka tidak ada juga kebaikan, karena kata Nabi SAW dunia ini jembatan menuju kesuksesan hari akhir.
    “Jangan sekali-kali anda bersandar kepada makhluk”
    Hadirin hadirot rahimakumullah, ada didalam suatu riwayat hadit yang lumayan panjang, yang dikeluarkan dibawa oleh imam ibn Mas’ud perawi imam Ahmad, definisi haditsnya kurang lebih:
    “Nabi SAW ditunjukkan oleh Allah SWT umatnya diantara gunung, itu gunung semuanya isinya manusia, lalu malaikat jibril turun memberitahu kepada Rasulullah SAW: “dari sekian milyaran manusia wahai Rasul SAW, ada 70.000 nanti masuk surga tanpa dihisab, mereka semua itu 70.000 masuk surga tanpa hisab, waktu hidupnya tidak terpatri kepada para normal (pengen ini/itu tanya kepada para normal, atau kepada ahli bintang, atau buku primbon), mereka yang bertawakkal kepada Allah SWT masuk surga tanpa dihisab”
    Ada disitu yang bangun namanya Ukasyah Bin Muhshan Al Asadi, qolaa yaa Rasulullah : “wahai Rasul doakan saya supaya masuk dalam golongan itu. Maka Nabi SAW mendoakan “mudah-mudahan yaa Allah ini orang termasuk ada didalamnya, amiin” setelah sayyidina Ukasyah minta doa ada lagi yang bangun “yaa Rasulullah saya juga doakan” apa jawaban Nabi SAW? “sudah deh, sudah keduluan sama Ukasyah”.
    Hadirin hadirot rahimakumullah, intinya tawakkal itu sesuatu yang sangat luar biasa, sehingga dikatakan mahkota didalam agama Islam kalau orang punya sifat tawakkal, amiin.
    Al Imam Sahl bin Abdullah Attussuri beliau mengatakan tandanya orang ahli tawakkal ada 3, yang pertama tidak pernah mengemis, yang kedua tidak pernah nolak kalau dikasih, yang ketiga tidak pernah menyimpan harta/makanan untuk hari-hari besok. Ini ciri-ciri orang ahli tawakkah, tawakkal ini sulit. Kata Imam Sahl tawakkal itu Cuma sifatnya Rasulullah SAW yang lain susah, tapi kerja itu sunnahnya Rasul SAW, kalau orang belum sampai pada tingkat tawakkal maka jangan tinggalin sunnahnya Rasul SAW yaitu kerja. Karena kerja itu sebab ikhitar, ada orang terpatri hanya dengan sebab dia salah, ada juga yang terpatri dengan ibadahnya juga dia salah. Harus gabung, karena kerja juga adalah ibadah juga ikhtiar.
    Nabi kita Muhammad SAW  adalah ahli tawakkal, sampai Nabi pernah berkata “kalau kalian tidur, sebelum tidur pintu dikunci-kunciin, kalau ada api maka padamkan, walaupun sholat walaupun rumahnya baca Qur’an, walaupun minta perlindungan. Tetep tawakkalnya kunci pintu, ada api maka padamkan”. Hadirin Nabi kita ini memperhatikan urusan kita ini  juga dalam segi harta, ada seorang badui dia punya onta tidak diikat “saya tawakkal wahai Rasul” kata Rasul “tidak, ikat dulu baru tawakkal”. Ini yang bawa motor dikunci/tidak? Kalau tidak dikunci ente ikhlasin aja, karna mengunci motor itu adalah tawakkal, kalau sudah dikunci lalu hilang juga maka “innalillah” sudah pasrah saja, karena tawakkal itu pasrah sama Allah SWT menyerahkan segala urusan sama Allah SWT. Nabi waktu hijrah ngumpet di Gua, bukankah Nabi dilindungi sama Allah SWT? Nabi tawakkal sama Allah SWT, tawakkalnya Rasul SAW, ngumpet sama sayyidina Abu Bakr di dalam Gua.
    Dalam Al Qur’an :
    وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
    Artinya: “Dan apabila kamu (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum shalat, lalu mereka shalat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit, dan bersiap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu (Q.S Annisa Ayat 102)
    Kalau orang sholat siddatul khouf, pedangnya harus dipegang, Bukankan sholat itu ibadah? Betul, bukankan dilindungi sama Allah SWT? Betul, tapi Allah masih suruh pegang itu pedang dalam sholat siddatul khouf.
    Kalau sakit jangan tawakkal, berobat! Dalam hadits shohih imam Ibn Ibath Baginda Rasul SAW besabda “kalau ada yang sakit maka obatin, karena Allah menciptakan penyakit pasti ada obat”
    Al Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafid, yang terakhir pernah berceramah beberapa waktu yang silam dikota Tarim di hadapan para ulama dan tholabatul ilm, beliau mengasih tiga wasiat, yang pertama Qowliyyah (ucapan), yang ke dua fi’liyyah (perbuatan), yang ketiga suluk’ (adab). Ucapan wasiat yang pertama hendaknya semua orang setiap hari pagi sore membaca:
    حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
    Atau :
    حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
    Kalau orang baca itu 7x pagi, 7x disore hari, Allah akan cukupin kesediaanya kebutuhannya dunia dan akhiratnya (subhanallah, makanya jangan ditinggalin), yang ke dua sholat berjamaah nasihat fi’liyyah, yang ke tiga suluk’ (adab) hendaknya persiapkan mata kita untuk memandang wajahnya Rasulullah SAW,  dengan cara apa? Menjaga mata dari maksiat.
    Mudah-mudahan Allah SWT lindungi kita, Allah SWT jadikan ilmu kita manfaat dunia akhirat.
    Adhanallahu wa iyyakum ajma’in.
    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Unknown

    Patuh Kepada Orang Tua

    Unknown

    Obat kejenuhan



    Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa manusia tercipta dengan penuh keluh kesah. Keluh kesah yang dihadapi setiap individu juga berbeda-beda satu sama lain.
    Mungkin keluh kesahnya seorang pelajar sekolah ialah ketika ia harus mengerjakan PR yang harus dikumpulkan esok hari
    Mungkin keluh kesahnya seorang mahasiswa ialah ketika ia dituntut untuk mempresentasikan makalahnya esok hari.
    Mungkin keluh kesahnya seorang sarjana tatkala mencari pekerjaan, beban mental seorang sarjana namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang layak.
    Mungkin keluh kesahnya seorang yang telah memiliki pekerjaan ialah ketika umur terus berlanjut namun tidak juga mendaptakan jodoh yang didambakan.
    Mungkin keluh kesahnya seorang yang telah menikah ialah menantikan kelahiran buah hati, terlebih saat melihat tanggalan usia pernikahan lebih dari lima tahun namun belum juga dikaruniai momongan
    Mungkin keluh kesahnya seorang yang telah memiliki anak ialah saat harus mendidik dan membesarkan anak yang membutuhkan biaya tak sedikit
    Mungkin keluh kesahnya seorang yang sudah lanjut usia ialah disaat anggota tubuh dan daya ingat yang sudah tidak bekerja maksimal sehingga segalaaktifitas butuh bantuan orang lain
    Demikianlah keadaan manusia saat hidup didunia yang selalu diliputi keluh kesah, namun ketahuilah bahwa keluh kesah didunia ada obat penawarnya, lain cerita jika keluh kesahnya di akhirat yang ada hanyalah keresahan yang terus bertambah keresahan. Salah satu obat penawar yang mampu menghilangkan keresahan ialah dengan berdzikr. Sebagaimana Allah SWT berfirman “Ingatlah hanya dengan berdzikir menyebut nama Allah SWT hati menjadi tentram” dzikr pun banyak ragam dan macamnya, karena esensi terpenting dari dzikr ialahmengingat Allah SWT.
    Di sela-sela rihlah dakwah Guru Mulia AlHabib Umar bin Hafidz ke Indonesia pada tahun ini, beliau berpesan kepada kita semua untuk memperbanyak dzikr. Salah satu dzikr yang dianjurkan oleh beliau ialah.

    1. Membaca “La ilaha illallah” sebanyak 70 ribu kali untuk merubah nafsu ammaroh (Jahat) menjadi lawwamah (Penyesalan)
    2. Membaca “Allah” sebanyak 60 ribu kali untuk merubah lawwamah menjadi muthmainnah (Tenang)
    3. Membaca “Huwa” sebanyak 50 ribu kali untuk merubah muthmainnah menjadi mulhamah(Terilham)
    4. Membaca “Ya Haqqu” sebanyak 40 ribu kali untuk merubah mulhamah menjadi Rodhiyah (Ridho)
    5. Membaca “Ya Hayyu” sebanyak 30 ribu kali untuk merubah radhiyah menjadi Mardhiyyah (Diridhoi)
    6. Membaca “Ya Qoyyum” sebanyak 20 ribu kali untuk merubah Mardhiyyah menjadi Kaamilah (Sempurna)
    7. Membaca “Ya Qohhar” sebanyak 10 ribu kali untuk merubah Kaamilah menjadi maqamul fana (Ketiadaan hanya) bersama Allah
    Di setiap tingkatan diselesaikan dalam tempo tiga hari.


    Sumber : MajelisRasullah.org
    Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk melaksanakan keta’atan.
    Unknown

    Mohonlah Pertolongan Allah SWT Atas Segala Urusan Dunia dan Agama



    Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
    Habib Ja’far Bin Baghir Alathos

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Kita ucapkan selamat datang kepada dewan guru kita Ad’Dai Ilallah Al Habibil Mahbub Al Habib Muhammad Albaghir Bin Alwi Bin Yahya, Guru kita bersama Ad’Dai Ilallah K.H. Khairullah Ramli yang sudah lama tidak kelihatan Alhamdulillah Allah SWT berikan keberkahan pada malam hari ini bisa hadir bersama-sama kita mudah-mudahan Allah SWT limpah ruahkan berkah, hidayah taufiq dari Allah SWT untuk beliau dan untuk Majelis Ta’lim Beliau AdhDhiya Ullami, begitu juga Habib Husein Buftein dan juga para Asyatidzah para tokoh masyarakat para tokoh sepuh yang mudah-mudahan semua yang hadir juga yang laki maupun yang perempuan dalam pandangan rahmat Allah SWT hidayah Allah SWT Taufiq dari Allah SWT maghfirah dari Allah SWT (aammiinn ammiinnn yaa Robbal Alamiin).

    Mari kita baca niat dari pada belajar mengajar Alhabib Abdullah Bin Alwi Al Haddad :

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
    وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
    وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
    وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
    اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
    سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
    رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ


    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 
    الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
    والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا
    ونور قلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين

    Hadirin hadirot Rahimakumullah, wabil Khusus Guru-guru  kita Alhabib Muhammad Albaghir Bin Alwi Bin Yahya, K.H. Khairullah dan Habib Husein Buftein dan K.H. Abdussalam dan para tokoh masyarakat dan para asyatidzah yang hadir bersama kita semuanya yang laki/perempuan, yang tua/muda, yang kita niatkan didalam hati kita yang kita niatkan didalam sanubari kita dalam kerabat kita dalam keluarga kita, family kita, tetangga kita, umat Nabi Besar Muhammad SAW dimanapun berada yang mudah-mudahan dipenghujung daripada bulan Rajab ini Allah SWT berikan Limpah ruah keberkahannya yang berlipat-lipat dari sebelumnya, hidayah yang berlimpah ruah, taufiq yang berlimpah ruah, rahmat Allah SWT yang berlimpah ruah untuk kita semuanya dan untuk yang mendengarkan daripada website streaming www.majelisrasulullah.org maupun yang menonton dari tv Nabawi semuanya, kita minta sama Allah SWT agar tercurah yang terbesar yang terindah untuk kita semuanya (aammiiinn yaa Robbal’alamiinn).

    Bacaan kita didalam kitab Safinnatunnajah kemarin masuk didalam bacaan “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”, kemarin kita kutip baru 2 dari pada hukum hamdallah yang pertama hukumnya wajib yang kedua hukumnya sunnah, yang ketiga hukumnya makruh dan yang keempat hukumnya Haram. Sama seperti Basmallah dalam hal yang makruh apa saja? Baik itu cabut uban, memakan makanan yang berbau dimulut dan melakukan hal-hal yang makruh lainnya kalau kita membaca Alhamdulillah maka Hamdallah  itu di makruhkan oleh para ulama, begitu juga pada hukum yang haram, apabila kita melakukan hal-hal yang haram maka hukum membaca Hamdallah tersebutpun juga Haram. Bahkan sudah dikatakan bahwa hukum bacaan kalau kita sengaja kita tau hukumnya harom kita baca juga maka kata sebagian ulama mengatakan kita Kufur terhadap Allah SWT keluar kita dari agama Allah SWT dan wajib kita untuk bersyahadat lagi, kalau tau kita hukumnya dan dengan sengaja memperolok-olok Allah SWT, karena disitu ada mempermainkan mengolok-olok Allah SWT dengan kita mengucapkan Alhamdulillh (نعوذ بالله من ذلك).

    Kita teruskan didalam :

    وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
    “kepada Allah kita memohon pertolongan atas segala urusan dunia dan agama”

    Minta pertolongan sama Allah SWT sampai hebatnya Allah SWT menginginkan kita untuk selalu minta pertolongan kepada Allah SWT paling tidak kita didalam setiap sholat kita membaca surat Al Fatihah:

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
     “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”.

    Begitu juga para ulama meminta pertolongan didalam setiap karangan-karangan mereka dengan mengatakan “وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ”kalau didahului dengan kata Jar “بِهِ” (Bihi) berarti “dengan hanyalah kepadanya kami minta pertolongan” maknanya “lil Ikhtishosh” kata ulama kalau kata Jar Majrur didahului dengan kata Fi’ilnya maka maknanya “Ikhtishosh” penghususan. “hanyalah kepadanya kita minta pertolongan”, “عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ” atas segala urusan dunia dan agama. Dunia bisa diartikan dari kata “Dana’ah” (hinaa Kotor) atau dari kata “ Dani’ ”(rendah, kecil, sedikit) itu dunia! Karena yang paling hakiki yang paling kekal yang paling besar yang paling banyak adalah Rahmatnya Allah SWT diakhirat Nanti. Adapun dunia adalah sedikit, sebentar, kotor, penuh dengan penghinaan diri, orang cari dunia kalau hanya untuk dunia saja, Lihat! Dia mempermalukan dirinya buang-buang waktunya padahal yang didapatkan belum tentu sesuai dengan apa yang dia inginkan. Makanya kemarin kita didalam majelis kita kata Al Habib Abdullah Al Haddad didalam kitab Al Hikam mengutarakan :

    Ajaaban liman yatluubuddunya wa huwaa ala tafsiliha ala wahmin, waminal intifa’i bihaa ala syakim wa minal huruj minha ala yaqin

    “Heran orang yang mencari dunia , sedangkan dia dari mendapatkan dunia tersebut hanya perasangka dia saja (contoh: kalau aku keluar saat ini, kalau aku kerja saat ini, melakukan aktifitas ini aku bejalan dari rumah, dll) masih dalam khayalan, untuk mendapatkan apapun dunia terbagi menjadi dua yaitu “Al Mal” yaitu Harta dan “Al Jah” yaitu Jabatan. Untuk mencari keduanya ini masih dalam khayalan kata Habib Abdullah Alhaddad. Dan untuk menggunakannya kepada hal yang bermanfaat diatas keraguan (memang pertamanya kita dibisikkin sama syaiton “sudah, cari dunia habis-habiskan waktu dan masih muda juga masih kuat, cari dunia sebanyak-banyaknya, nanti kalau sudah tua tidak bisa cari dunia susah. Nanti kalau sudah dapet dunia gampang mau sedekah gampang, mau infaq gampang”. padahal nanti ketika dapat untuk menggunakan kepada hal-hal yang bermanfaat Ragu. Di bisikkin lagi sama syaiton “udah cape ente cari dunia, ente keluar dari pagi udah habis-habisan ente buang-buang begitu saja? Ente sedekahin sama orang? Kasih-kasih orang?”, mulai datang itu penyakitnya dibisikkin syaiton keraguan yang datang timbul dalam menggunakan yang sebenarnya yang hakikatnya harus digunakan dikeluarkan untuk jalan Allah SWT. Dan untuk keluar dari dunia pasti yakin semua orang pasti akan keluar dari dunia, mau tidak mau pasti dijemput oleh Izrail, pasti datang kematian untuk dia”.

    Makanya kita datang kepada Allah SWT, minta perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT, untuk urusan dunia kita karena, untuk kita selamat. Karena dunia terbagi menjadi 3 yaitu ada dunia yang terpuji, ada dunia yang tercela, ada dunia yang boleh-boleh saja. Dunia yang terpuji kita gunakan untuk semua dijalan Allah SWT melakukan semua perintah Allah SWT, menjalankan perintah Allah SWT, menjauhkan yang dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan kebaikan dijalan Allah SWT sebanyak-banyaknya, itu lah dunia terpuji. Kalau dunia yang tercela yaitu untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT, melakukan yang tercela kepada Allah SWT, itu dunia tercela kita gunakan. Untuk dunia yang boleh-boleh saja yaitu kepada hal yang tidak menyebabkan kita jatuh kepada sesuatu yang hal yang haram, tidak menyebabkan kita meninggalkan perintah dari Allah SWT, itu boleh-boleh saja kita punya dunia seperti itu. Yang halalnya saja kita masih banyak perhitungan sama Allah SWT apalagi kalau kita dapatkannya dari yang haram, itu pasti dapat siksa Allah SWT (نعوذ بالله من ذلك).

    Maka dunia ini harus benar-benar kita minta pertolongan Allah SWT, paling tidak guru kita menasehati waktu kita datang ke Hadramaut kepada orang-orang yang belajar kepada Tholibul Ilmi “jangan lupa istikharah kepada Allah SWT, dalam 2 waktu saja yaitu sehabis Sholat Isyrak gabungin niatnya Sholat Isyrak dan Istikharah “usholi sunnatal Isyrak wal Istikharah” boleh tambahin “wattaubah” tambahin boleh dengan niat-niat yang mutlak. Niatin disitu minta pilihan dari Allah SWT istikhrah sama Allah pada waktu Isyrak dan Sembahyang Maghrib” jadi dipagi hari kita minta pertolongan dari Allah SWT dengan kita sodorkan semua pilihan kita kepada Allah SWT minta pilihan yang terbaik dari Allah SWT begitu juga habis Maghrib malam harinya kita minta sama Allah SWT, minta pertolongan dari Allah SWT untuk milihkan kita yang terbaik lagi. Paling tidak Tholibul Ilm seperti itu. Mudah-mudahan kita bisa amalin ini (اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ).

    عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
    atas segala urusan dunia dan agama”.

    Agama kita, “Dinn” maknanya “Al Jaza’ ” dalam makna Syariah juga bisa diartikan syariat atas agama kita atas balasan yang akan kita dapat dari Allah SWT atas semua amaliah kita dari yang kita lakukan dikehidupan kita pasti ada balasan dari Allah SWT. Sebagaimana engkau melakukan, maka akan dibalas oleh Allah SWT. Atau “Millah” juga karena agama ini yaitu dikasih “Imla’ “ malaikan memberikannya sedikit demi sedikit meng Imla’ kepada Nabi SAW tentang urusan agamanya, maka “AdDinn” bisa dikatakan “Al Jaza” atau “Syariah” atau “Millah”.

    وَصلىاللهعَلَىسيدنَا
    “Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita”

    “Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita, keagungan kita, manusia yang terluhur, sholawat Allah SWT (ini bulan rajab bukan berarti bulan Istighfar aja, bulan juga banyakin Sholawat kepada Rasulullah SAW. Dalam kitab “Durrunnasihin” dikatakan : kata Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai surga yang didalamnya sungai yang lebih putih airnya daripada susu, lebih manis daripada madu, lebih wangi daripada misk, tidak akan masuk kedalamnya juga meminum darinya kecuali orang-orang yang bersholawatku dibulan Rajab) sholawat kepada Rasullullah SAW dianjurkan juga di bulan Rajab. “وَصلىالله” Sholawat maknanya yaitu “AdDu’a” imam nawawi mengatakan “AdDu’a bil khoir” yaitu Do’a maknanya atau Do’a dengan yang baik-baik, itu maknanya “Assholah” dan makna yang fiqihnya atau syariahnya ialah “Do’a yang sesuai untuk kedudukannya Nabi SAW” beda dengan maknanya Sholat didalam ibadah, kalau sholat disini maknanya “Du’a al munasib al’laaik lii maghamin Nabi SAW”. Makanya para ulama mengatakan “tidak boleh kita sembarangan mendoakan Nabi SAW” contoh: “Rahimahullahun Nabi” atau Radiallahun Nabi” itu tidak boleh kata ulama, harus diawali dengan Sholat kepada Rasulullah SAW “Allahumma Sholi” atau “Sholallhu’alaih”, tidak boleh kita mendoakan Nabi SAW kecuali didahului dengan kata Sholat, didahuli dengan kata Sholawat dan Salam kepada Rasulullah SAW. Begitu juga para Sahabat juga tidak sembarangan “Rahimahullahu Abubakr” itu tidak boleh, harus pakai “Radiallahu Anhu” pakai kata “Radiallahu Anhu”. Kalau yang lainnya selain Nabi SAW dan para Sahabatnya boleh bebas pakai do’a do’a yang lain, pakai kata yang bebas dengan do’a yang ingin ucapkan dalam kata do’a do’a kita. Tapi kalau sholawat kepada Rasulullah SAW dan para Nabi kita harus menggunakan kata “Ashollah” sebagian kata ulama kalau para Anbiya yang lain “Alaihi Salam” saja, itu kata sebagian ulama. Tapi kalau kita mau pakai sholawat maka itu dibolehkan.


    وَصلىالله
    “dan Sholawat Allah SWT”

    Sholawat dimaknakan 3, kalau dari Allah SWT maknanya Rahmahnya Allah SWT merahmati Nabi SAW, Nabi pasti dapat Rahmat kenapa kita bacakan rahmat lagi? Kata Imam Samlawi “iya benar, tapi Nabi SAW terus karena Rahmat Allah SWT tidak ada batasannya, tidak ada tingkatan yang terhenti terus naik maka ketika kita bersholawat kepada Nabi SAW dinaikin terus rahmat diatas rahmat, rahmat diatas rahmat” walaupun beliau mengatakan “tidak pantas kita kalau kita itu mengatakan memberikan manfaat kepada Nabi SAW, walaupun sholawat itu tetap bermanfaat kepada Nabi SAW atas makna Rahmat Allah SWT yang tidak ada hentinya dan tidak ada batasannya tadi, tetapi tetap tidak pantas kita mengatakan kita memberikan manfaat kepada Nabi SAW, Tetapi kita dalam membaca Sholawat kepada Nabi SAW ialah bertawasul kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dari Allah SWT”. Jadi kalau kita baca maka akan di bales oleh Allah SWT, dan balasannya Allah SWT tidak sebanding apa yang kita ucapkan (kita baca 1 (satu) kali di bales 10 (sepuluh) kali oleh Allah SWT) tapi 1 (satu)nya kalau di terima oleh Allah SWT dari sholawat Allah SWT dengan ibadah semua makhluknya Allah SWT, jikalau di terima sama Allah SWT maka akan lebih berat dalam timbangan Allah SWT dari ibadah semua makhluk Allah SWT. Jadi jangan diremehin, kita sholawat 1 (satu) kali dibalas 10 (sepuluh) kali dari Allah SWT tidak bisa dibandingkan atau dibayar dengan apapun dari kerjaan semua makhluknya, amalan semua makhluknya. Maka dari itu sangat dahsyat Sholawat dari Allah SWT (mudah-mudahan kita di terima sama Allah SWT. Aammiinnnn) laa ilaa hailallah.

    عَلَىسيدنَا
    “Atas pimpinan kita”

    Disini tidak di sebutkan salam tetapi dikitab yang lain ada:

    الصلاة والسلام
    “Sholawat dan salam”

    Salam maknanya ialah “Attahiyyah” yaitu mengucapkan selamat kepada Nabi SAW itu dalam bahasanya, dalam kata fiqihnya ialah “Assalam Attahiyyah ala iqah lii maghami nubuwwah Sholallahu ‘alaihi wa salam” begitu juga kata selamat kepada Rasulullah SAW yang pantas yang sesuai untuk kedudukan Nabi SAW, dan Sholawat yang dikatakan oleh Imam Syafi’i di akhir kitabnyaAl Umm, ketika Imam Syafi’i ditanya oleh sahabatnya “Dengan apa Allah SWT mengampuni Engkau wahai Imam Syafi’i?” kata Imam Syafi’i “Dituliskan Sholawat kepada Nabi SAW di akhir kitabnya :

    اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ.

    dengan itu saja imam syafi’i diampuni oleh Allah SWT, padahal kita mendengar semua tentang Imam Syafi’i tentang ibadahnya yang indah-indah ibadahnya yang begitu dahsyat tetapi Allah SWT mengampuni beliau dalam mimpi seorang temannya kepada Imam Syafi’i sendiri “Apa yang memnyebabkan engkau diampuni oleh Allah SWT” dijawab oleh Imam Syafi’i “Dengan sholawatku kepada Rasulullah SAW dipenghujung kitabku aku tulis:

    اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ”


    عَلَىسيدنَا
    “Atas pimpinan kita”
    kata Sayyid ada 4 dan semua berada didalam diri Nabi SAW, yang pertama ialah orang yang memimpin didalam suatu kaum, itu namanya Sayyid. Yang kedua yaitu yang banyak pengikutnya, banyak tentaranya, itu juga di panggil Sayyid. Yang ke tidak yaitU orang yang sabar yang tidak bisa terbawa dengan emosinya, begitu Rasulullah SAW dikatakan oleh seorang sahabat ketika ingin mencari bukti kriteria sifat keNabian yang dia baca didalam kitab Tauratnya bahwa semakin Nabi SAW dibikin marah maka semakin sabar dan semakin Bijak Nabi SAW, dan akhirnya dia masuk kedalam islam dalam sebab bukti yang dia lihat langsung dalam diri Rasulullah SAW. Yang ke Empat yaitu orang yang kembali dalam urusan-urusan besar yang masalah-masalah pelik kepadanya, orang itu bisa dibilang kepala suku, jika ada masalah-masalah yang berat masalah yang pelik maka dia yang dicari, itu bisa di panggil Sayyid. Dulu pernah datang kepala suku Al Amri / Sholeh Al Amri itu kalau ada permasalahan perang itu dia yang dicari untuk mendamaikannya.

    سَيِّدِنامُحَمَّدٍ

    “Sayyidina Muhammadin” Muhammadin, Nama Muhammad untuk banyak ujian manusia kepadanya, yang pertama dikatakan yang memberikan pertama ialah Abdul Mutholib kata ulama pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya Rasulullah SAW ditanya “kenapa engkau memberikan nama Muhammad sedangkan tidak ada nama orang-orang tuamu dan datuk-datukmu orang yang bernama Muhammad?” dijawab oleh Abdul Mutholib “aku berharap dia menjadi manusia yang dipuji oleh penduduk langit dan bumi” dan Allah SWT sudah membuktikan hal itu Nabi Muhammad SAW telah dipuji oleh penduduk langit dan penduduk bumi semuanya mendapat keberkahan Rahmat dari Rasulullah SAW. Dan pendapat yang kedua ialah Ibunya ketika hamil didatangi oleh sayyidina Jibril mengatakan“kau telah hamil dan mengandung Pimpinan Manusia, kalau engkau nanti melahirkannya maka namakan ia dengan Muhammad, didalam dunia jasad dinamakan Muhammad dan dialam arwah dikenal dengan Ahmad”.

    خاتمالنبيين
    “Penutup Para Nabi”

    Khotaman dimakna Akhir, dimakna Thobi’. Makna Khotam berarti penyempurna atau yang Cap Terakhir udah tidak ada lagi keNabian setelahnya ialah Akhir keNabian itu maknanya Khotam. “النبيين” yaitu para Nabi, seorang manusia yang merdeka yang diturunkan kepadanya Wahyu dan dibanyak ilmu Fiqih yang tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut, tapi Al Imam Al Bhaidhowi mengatakan ini kesalahan fatal katanya, Imam Bhaidhowi mengatakan “tetap diperintahkan untuk menyabarkan, menyampaikan wahyu yang diterima tapi tidak membawa perubahan dari syariat Rasul yang ada dizamannya, itu Nabi. Kalau Rasul ialah ia membawa syariah memperbaharui syariah dari yang sebelumnya, bersih daripada kehinaan orang tua (Ibunya dan Bapaknya) tidak sebagai orang-orang yang melakukan hal yang diharamkan oleh Allah SWT, atau kerendahan Bapaknya (Contoh : tukang sapu atau hal-hal yang kurang pantas untuk kedudukan Ke Nabian Disisi Allah SWT).

    وآله
    “Dan Keluarganya”

    dan keluarganya, maknanya keluarga ada 4 bagian kata ulama yaitu yang pertama dalam kedudukan doa, dan mendoakan setiap hamba Allah yang beriman kepada Allah SWT, itu keluarganya Nabi SAW. Yang kedia ialah kedudukan pujian, yang dipuji, setiap yang beriman yang bertakwa, itu juga termasuk keluarganya Nabi SAW. Yang ke tiga yaitu dalam kedudukan dalam menerima Zakat itu ialah Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Yang ke Empat yaitu Ahlul Baiyt, keluarga rumah tangganya Nabi SAW yang di gelar dengan Ahlul Kisa’ yang diselendangi oleh Nabi SAW itu hanya Sayyidahtuna Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan wal Sayyidina Husein dan Rasulullah SAW, dan keturunan daripada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein itu Ahlul Kisa’. Banyak orang sekarang sudah ramai di youtube, sudah mulai kelihatan yang busuk-busuk hatinya mengatakan “tidak ada keluaganya Nabi SAW, sudah terputus sudah tidak ada keturunan lagi” (نعوذ بالله من ذلك). Dalam hadits Nabi SAW :

    كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة الا سببى ونسبى.
    ( رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى )

    “ Semua sebab dan nasab putus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.”
    (HR. At Tobroni, Al Hakim dan Al Baihaqi)

    Yaa mungkin karena oknum-oknumnya juga, kita tidak menyalahkan. Mungkin dia tidak suka ada Habaib-Habaib ada keturuan Nabi SAW yang dilihat didepan matanya, itu wajibkan kita nasehatin. Mereka itu sama dengan manusia biasa harus dapat nasehat, harus dapet ingetan. Dulu Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir dan Habib Thohir Bin Husein Bin Thohir ketika datang ke Tarim ziarah ke Zambal keluar mendapatkan 1 orang Masyaekh diingetin “alhamdulillah aku tidak menjadi keturunan Nabi SAW” ditanya “kenapa?” dijawab “kalau akau jatuh, maka akan jatuh dari tangga yang kecil, kalau ente jatuh dari tingkat yang tinggi, engkau memegang kedudukan yang sangat besar, maqam yang sangat tinggi yaitu maqamnya Rasulullah SAW”, “maka dari situ aku semangat beribadah semanga menuntut ilmu, semangat untuk melakukan hal-hal yang terbaik untuk membahagiakan dari pada datukku Rasulullah SAW”. Boleh saja mengkritik tapi jangan sampai memperlihatkan kebencian takutknya nanti berbaliknya yang tidak enak, kita tidak minta disanjung tidak minta dipuji-puji, apakah ada para habaib yang kita kenal minta dipuji minta disanjung minta diciumin tangan? Itu paling sakit, dulu Habib Husein berani beliau paling tidak mau dicium tangannya, tapi karena dari kriteria orang yang tidak mau disalamin, itu terpaksa dia walaupun dia paling tidak mau dicium tangan sama orang kerena berat, malu kita, tau diri kita, tapi kita perlu nasehat perlu ingetin kalau ada hal-hal yang tidak baik dari kalangan keluarganya Raslullah SAW, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kembali kejalan yang lurus sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Jangan kita jadi kaum yang benci kepada keluarganya Nabi SAW, benci kepada sahabatnya Nabi SAW (نعوذ بالله منغضبالله).

    وصحبه
    “Dan para sahabatnya”

    Para sahabatnya ada 4 juga kriterianya. Yang pertama ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW pada masa hidupnya, yang kedua yaitu yang berkumpul bersama Nabi SAW dibumi bukan di langit (ada yang ketemu dilangit? Ada, pada waktu isra’ wal mi’raj Nabi SAW ketemu dengan para Nabi dan para malaikat. Namun apakah semuanya dinamakan sahabat? Tidak),yang ke tiga ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW setelah Nabi SAW dinobatkan sebagai Nabi yaitu setelah diperintahkan untuk menyampaikan keNabiannya, kemuadian yang ke empat yang meninggal dengan keadaan beriman kepada Nabi SAW. Kita tidak menutupi ada sahabat yang kembali dalam kekufuran itu tidak dinamakan sahabat, pada dasarnya sudah hilang gelar sebagai sahabat Nabi SAW ketika ia keluar dari keimanan, namun ketika ia mati dalam keadaan iman kepada Nabi SAW itulah yang dinamakan sahabat Nabi SAW.

    أجمعين

    “ajma’in ta’qid” kata Ta’qid ialah kata penguat seluruhnya yaitu sholawat atas Nabi SAW, Pemimpin kita Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan para keluarganya dan sahabatnya, seluruhnya.


     “laahawlaa walaa quwwata ilaa billahil aliyil adzim ilaa hawla antarkil maksiat walaa quwwata  fii tho’atillah illa billahil aliyil adzim” Tidak ada daya daripada kita untuk menahan maksiat dan tidak ada kekuatan kita untuk melakukan taat kecuali dengan kekuatan Allah SWT yang maha tinggi yang maha agung.didalam kitab Assirji ini sebagai penutup juga, amalan sedikit lagi :

    Man qolaa Laa hawlaaa walaa quwwata ilaa billahi mi’ataa marrah shobahan wa masa’ laam yusibhuu faghrun abadaa

    Itu diriwayatkan didalam riwayat Ibn Abiddunya waa ghoiri dalam kitab Assirji “siapa orang yang baca Laa hawlaaa walaa quwwata ilaa billah 100x maka ia tidak akan terkena yang namanya Faqir selama-lamanya” orang yang baca 300x dalam masalah apapun akan dibuka oleh Allah SWT masalahnya.

    Mudah-mudahan kita bisa mengamalkan, kita bisa mengambil daripada keberkahan pada malam hari ini dengan datangnya K.H Khairullah Ramli yang kita sudah dengerin juga dimasa Habib Munzir dimasa Habib Ahmad Jindan, sering kita lihat wajahnya beliau sekarang sudah jarang-jarang kelihatan. Mudah-mudahan nanti kita akan berikan waktu kepada be untuk memberikan nasehat terutama dibulan rajab dan masuk bulan sya’ban dan Romadhon. Mudah-mudahan Allah SWT berikan ilmu yang bermanfaat untuk kita semuanya (amiinn amiinn yaa robbal’alamiin).

    Adhanallahu wa iyyakum, tsumma

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Unknown

    Makna Shalat



    Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
    Senin, 25 April 2016
    Habib Ja’far Bin Baghir Alathos

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Mari kita baca niat dari pada belajar mengajar Alhabib Abdullah Bin Alwi Al Haddad :

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
    وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
    وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
    وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
    اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
    سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
    رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

    الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
    والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا

    ونور قلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين

     

    Hadirin hadirot Rahimakumullah, wabil Khusus Guru-guru  kita Alhabib Muhammad Albaghir Bin Alwi Bin Yahya, K.H. Khairullah dan Habib Husein Buftein dan K.H. Abdussalam dan para tokoh masyarakat dan para asyatidzah yang hadir bersama kita semuanya yang laki/perempuan, yang tua/muda, yang kita niatkan didalam hati kita yang kita niatkan didalam sanubari kita, dalam kerabat kita, dalam keluarga kita, family kita, tetangga kita, umat Nabi Besar Muhammad SAW dimanapun berada yang mudah-mudahan dipenghujung daripada bulan Rajab ini Allah SWT berikan Limpah ruah keberkahannya yang berlipat-lipat dari sebelumnya, hidayah yang berlimpah ruah, taufiq yang berlimpah ruah, rahmat Allah SWT yang berlimpah ruah untuk kita semuanya dan untuk yang mendengarkan daripada website streaming www.majelisrasulullah.org maupun yang menonton dari tv Nabawi semuanya, kita minta sama Allah SWT agar tercurah yang terbesar yang terindah untuk kita semuanya (aammiiinn yaa Robbal’alamiinn).
    Bacaan kita didalam kitab Safinnatunnajah kemarin masuk didalam bacaan “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”, kemarin kita kutip baru 2 dari pada hukum hamdallah yang pertama hukumnya wajib yang kedua hukumnya sunnah, yang ketiga hukumnya makruh dan yang keempat hukumnya Haram. Sama seperti Basmallah dalam hal yang makruh apa saja? Baik itu cabut uban, memakan makanan yang berbau dimulut dan melakukan hal-hal yang makruh lainnya kalau kita membaca Alhamdulillah maka Hamdallah  itu di makruhkan oleh para ulama, begitu juga pada hukum yang haram, apabila kita melakukan hal-hal yang haram maka hukum membaca Hamdallah tersebutpun juga Haram. Bahkan sudah dikatakan bahwa hukum bacaan kalau kita sengaja, kita tau hukumnya harom kita baca juga maka kata sebagian ulama mengatakan kita Kufur terhadap Allah SWT, keluar kita dari agama Allah SWT dan wajib kita untuk bersyahadat lagi, kalau tau kita hukumnya dan dengan sengaja memperolok-olok Allah SWT, karena disitu ada mempermainkan mengolok-olok Allah SWT dengan kita mengucapkan Alhamdulillah (نعوذ بالله من ذلك).

    Kita teruskan didalam :

    وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

    “Kepada Allah kita memohon pertolongan atas segala urusan dunia dan agama”
    Minta pertolongan sama Allah SWT sampai hebatnya Allah SWT menginginkan kita untuk selalu minta pertolongan kepada Allah SWT paling tidak kita didalam setiap sholat kita membaca surat Al Fatihah:

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

     “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”.

    Begitu juga para ulama meminta pertolongan didalam setiap karangan-karangan mereka dengan mengatakan “وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ”kalau didahului dengan kata Jar “بِهِ” (Bihi) berarti “dengan hanyalah kepadanya kami minta pertolongan” maknanya “lil Ikhtishosh” kata ulama kalau kata Jar Majrur didahului dengan kata Fi’ilnya maka maknanya “Ikhtishosh” penghususan. “Hanyalah kepadanya kita minta pertolongan”, “عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ” atas segala urusan dunia dan agama. Dunia bisa diartikan dari kata “Dana’ah” (hinaa Kotor) atau dari kata “ Dani’ ”(rendah, kecil, sedikit) itu dunia! Karena yang paling hakiki yang paling kekal yang paling besar yang paling banyak adalah Rahmatnya Allah SWT diakhirat Nanti. Adapun dunia adalah sedikit, sebentar, kotor, penuh dengan penghinaan diri, orang cari dunia kalau hanya untuk dunia saja, Lihat! Dia mempermalukan dirinya buang-buang waktunya padahal yang didapatkan belum tentu sesuai dengan apa yang dia inginkan. Makanya kemarin kita didalam majelis kita kata Al Habib Abdullah Al Haddad didalam kitab Al Hikam mengutarakan :
    Ajaaban liman yatluubuddunya wa huwaa ala tafsiliha ala wahmin, waminal intifa’i bihaa ala syakim wa minal huruj minha ala yaqin
    “Heran orang yang mencari dunia , sedangkan dia dari mendapatkan dunia tersebut hanya perasangka dia saja (contoh: kalau aku keluar saat ini kalau aku kerja saat ini, melakukan aktifitas ini aku bejalan dari rumah, dll) masih dalam khayalan, untuk mendapatkan apapun dunia terbagi menjadi dua yaitu “Al Mal” yaitu Harta dan “Al Jah” yaitu Jabatan. Untuk mencari keduanya ini masih dalam khayalan kata Habib Abdullah Alhaddad. Dan untuk menggunakannya kepada hal yang bermanfaat diatas keraguan (memang pertamanya kita dibisikkin sama syaiton “sudah, cari dunia habis-habiskan waktu dan masih muda juga masih kuat, cari dunia sebanyak-banyaknya, nanti kalau sudah tua tidak bisa cari dunia susah. Nanti kalau sudah dapet dunia gampang mau sedekah gampang, mau infaq gampang”. padahal nanti ketika dapat untuk menggunakan kepada hal-hal yang bermanfaat Ragu. Di bisikkin lagi sama syaiton “udah cape ente cari dunia, ente keluar dari pagi udah habis-habisan ente buang-buang begitu saja? Ente sedekahin sama orang? Kasih-kasih orang?”, mulai datang itu penyakitnya dibisikkin syaiton keraguan yang datang timbul dalam menggunakan yang sebenarnya yang hakikatnya harus digunakan dikeluarkan untuk jalan Allah SWT. Dan untuk keluar dari dunia pasti yakin semua orang pasti akan keluar dari dunia, mau tidak mau pasti dijemput oleh Izrail, pasti datang kematian untuk dia”.
    Makanya kita datang kepada Allah SWT, minta perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT, untuk urusan dunia kita karena, untuk kita selamat. Karena dunia terbagi menjadi 3 yaitu ada dunia yang terpuji, ada dunia yang tercela, ada dunia yang boleh-boleh saja. Dunia yang terpuji kita gunakan untuk semua dijalan Allah SWT melakukan semua perintah Allah SWT, menjalankan perintah Allah SWT, menjauhkan yang dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan kebaikan dijalan Allah SWT sebanyak-banyaknya, itu lah dunia terpuji. Kalau dunia yang tercela yaitu untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT, melakukan yang tercela kepada Allah SWT, itu dunia tercela kita gunakan. Untuk dunia yang boleh-boleh saja yaitu kepada hal yang tidak menyebabkan kita jatuh kepada sesuatu yang hal yang haram, tidak menyebabkan kita meninggalkan perintah dari Allah SWT, itu boleh-boleh saja kita punya dunia seperti itu. Yang halalnya saja kita masih banyak perhitungan sama Allah SWT apalagi kalau kita dapatkannya dari yang haram, itu pasti dapat siksa Allah SWT (نعوذ بالله من ذلك).
    Maka dunia ini harus benar-benar kita minta pertolongan Allah SWT, paling tidak guru kita menasehati, waktu kita datang ke Hadramaut kepada orang-orang yang belajar kepda Tholibul Ilmi “jangan lupa istikharah kepada Allah SWT, dalam 2 waktu saja yaitu sehabis Sholat Isyrak gabungin niatnya Sholat Isyrak dan Istikharah “usholi sunnatal Isyrak wal Istikharah” boleh tambahin “wattaubah” tambahin boleh dengan niat-niat yang mutlak. Niatin disitu minta pilihan dari Allah SWT istikhrah sama Allah pada waktu Isyrak dan Sembahyang Maghrib” jadi dipagi hari kita minta pertolongan dari Allah SWT dengan kita sodorkan semua pilihan kita kepada Allah SWT minta pilihan yang terbaik dari Allah SWT begitu juga habis Maghrib malam harinya kita minta sama Allah SWT, minta pertolongan dari Allah SWT untuk milihkan kita yang terbaik lagi. Paling tidak Tholibul Ilm seperti itu. Mudah-mudahan kita bisa amalin ini (اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ).

    عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

    atas segala urusan dunia dan agama”.

    Agama kita, “Dinn” maknanya “Al Jaza’ ” dalam makna Syariah juga bisa diartikan syariat atas agama kita atas balasan yang akan kita dapat dari Allah SWT atas semua amaliah kita dari yang kita lakukan dikehidupan kita pasti ada balasan dari Allah SWT. Sebagaimana engkau melakukan, maka akan dibalas oleh Allah SWT. Atau “Millah” juga karena agama ini yaitu dikasih “Imla’ “ malaikan memberikannya sedikit demi sedikit meng Imla’ kepada Nabi SAW tentang urusan agamanya, maka “AdDinn” bisa dikatakan “Al Jaza” atau “Syariah” atau “Millah”.

    وَصلىاللهعَلَىسيدنَا

    “Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita”

    “Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita, keagungan kita, manusia yang terluhur, sholawat Allah SWT (ini bulan rajab bukan berarti bulan Istighfar aja, bulan juga banyakin Sholawat kepada Rasulullah SAW. Dalam kitab “Durrunnasihin” dikatakan : kata Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai surga yang didalamnya sungai yang lebih putih airnya daripada susu, lebih manis daripada madu, lebih wangi daripada misk, tidak akan masuk kedalamnya juga meminum darinya kecuali orang-orang yang bersholawatku dibulan Rajab) sholawat kepada Rasullullah SAW dianjurkan juga di bulan Rajab. “وَصلىالله” Sholawat maknanya yaitu “AdDu’a” imam nawawi mengatakan “AdDu’a bil khoir” yaitu Do’a maknanya atau Do’a dengan yang baik-baik, itu maknanya “Assholah” dan makna yang fiqihnya atau syariahnya ialah “Do’a yang sesuai untuk kedudukannya Nabi SAW” beda dengan maknanya Sholat didalam ibadah, kalau sholat disini maknanya “Du’a al munasib al’laaik lii maghamin Nabi SAW”. Makanya para ulama mengatakan “tidak boleh kita sembarangan mendoakan Nabi SAW” contoh: “Rahimahullahun Nabi” atau Radiallahun Nabi” itu tidak boleh kata ulama, harus diawali dengan Sholat kepada Rasulullah SAW “Allahumma Sholi” atau “Sholallhu’alaih”, tidak boleh kita mendoakan Nabi SAW kecuali didahului dengan kata Sholat, didahuli dengan kata Sholawat dan Salam kepada Rasulullah SAW. Begitu juga para Sahabat juga tidak sembarangan “Rahimahullahu Abubakr” itu tidak boleh, harus pakai “Radiallahu Anhu” pakai kata “Radiallahu Anhu”. Kalau yang lainnya selain Nabi SAW dan para Sahabatnya boleh bebas pakai do’a do’a yang lain, pakai kata yang bebas dengan do’a yang ingin ucapkan dalam kata do’a do’a kita. Tapi kalau sholawat kepada Rasulullah SAW dan para Nabi kita harus menggunakan kata “Ashollah” sebagian kata ulama kalau para Anbiya yang lain “Alaihi Salam” saja, itu kata sebagian ulama. Tapi kalau kita mau pakai sholawat maka itu dibolehkan.

    وَصلىالله

    “dan Sholawat Allah SWT”
     Sholawat dimaknakan 3, kalau dari Allah SWT maknanya Rahmahnya Allah SWT merahmati Nabi SAW, Nabi pasti dapat Rahmat kenapa kita bacakan rahmat lagi? Kata Imam Samlawi “iya benar, tapi Nabi SAW terus karena Rahmat Allah SWT tidak ada batasannya, tidak ada tingkatan yang terhenti terus naik maka ketika kita bersholawat kepada Nabi SAW dinaikin terus rahmat diatas rahmat, rahmat diatas rahmat” walaupun beliau mengatakan “tidak pantas kita kalau kita itu mengatakan memberikan manfaat kepada Nabi SAW, walaupun sholawat itu tetap bermanfaat kepada Nabi SAW atas makna Rahmat Allah SWT yang tidak ada hentinya dan tidak ada batasannya tadi, tetapi tetap tidak pantas kita mengatakan kita memberikan manfaat kepada Nabi SAW, Tetapi kita dalam membaca Sholawat kepada Nabi SAW ialah bertawasul kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dari Allah SWT”. Jadi kalau kita baca maka akan di bales oleh Allah SWT, dan balasannya Allah SWT tidak sebanding apa yang kita ucapkan (kita baca 1 (satu) kali di bales 10 (sepuluh) kali oleh Allah SWT) tapi 1 (satu)nya kalau di terima oleh Allah SWT dari sholawat Allah SWT dengan ibadah semua makhluknya Allah SWT, jikalau di terima sama Allah SWT maka akan lebih berat dalam timbangan Allah SWT dari ibadah semua makhluk Allah SWT. Jadi jangan diremehin, kita sholawat 1 (satu) kali dibalas 10 (sepuluh) kali dari Allah SWT tidak bisa dibandingkan atau dibayar dengan apapun dari kerjaan semua makhluknya, amalan semua makhluknya. Maka dari itu sangat dahsyat Sholawat dari Allah SWT (mudah-mudahan kita di terima sama Allah SWT. Aammiinnnn) laa ilaa hailallah.

    عَلَىسيدنَا

    “Atas pimpinan kita”

    Disini tidak di sebutkan salam tetapi dikitab yang lain ada:

    الصلاة والسلام

    “Sholawat dan salam”

    Salam maknanya ialah “Attahiyyah” yaitu mengucapkan selamat kepada Nabi SAW itu dalam bahasanya, dalam kata fiqihnya ialah “Assalam Attahiyyah ala iqah lii maghami nubuwwah Sholallahu ‘alaihi wa salam” begitu juga kata selamat kepada Rasulullah SAW yang pantas yang sesuai untuk kedudukan Nabi SAW, dan Sholawat yang dikatakan oleh Imam Syafi’i di akhir kitabnyaAl Umm, ketika Imam Syafi’i ditanya oleh sahabatnya “Dengan apa Allah SWT mengampuni Engkau wahai Imam Syafi’i?” kata Imam Syafi’i “Dituliskan Sholawat kepada Nabi SAW di akhir kitabnya :

    اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ.


    dengan itu saja imam syafi’i diampuni oleh Allah SWT, padahal kita mendengar semua tentang Imam Syafi’i tentang ibadahnya yang indah-indah ibadahnya yang begitu dahsyat tetapi Allah SWT mengampuni beliau dalam mimpi seorang temannya kepada Imam Syafi’i sendiri “Apa yang menyebabkan engkau diampuni oleh Allah SWT” dijawab oleh Imam Syafi’i “Dengan sholawatku kepada Rasulullah SAW dipenghujung kitabku aku tulis:

    اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ”

    عَلَىسيدنَا

    “Atas pimpinan kita”
    kata “Sayyid” ada 4 dan semua berada didalam diri Nabi SAW, yang pertama ialah orang yang memimpin didalam suatu kaum, itu namanya Sayyid. Yang kedua yaitu yang banyak pengikutnya, banyak tentaranya, itu juga di panggil Sayyid. Yang ke tidak yaitU orang yang sabar yang tidak bisa terbawa dengan emosinya, begitu Rasulullah SAW dikatakan oleh seorang sahabat ketika ingin mencari bukti kriteria sifat keNabian yang dia baca didalam kitab Tauratnya bahwa semakin Nabi SAW dibikin marah maka semakin sabar dan semakin Bijak Nabi SAW, dan akhirnya dia masuk kedalam islam dalam sebab bukti yang dia lihat langsung dalam diri Rasulullah SAW. Yang ke Empat yaitu orang yang kembali dalam urusan-urusan besar yang masalah-masalah pelik kepadanya, orang itu bisa dibilang kepala suku, jika ada masalah-masalah yang berat masalah yang pelik maka dia yang dicari, itu bisa di panggil Sayyid. Dulu pernah datang kepala suku Al Amri / Sholeh Al Amri itu kalau ada permasalahan perang itu dia yang dicari untuk mendamaikannya.

    سَيِّدِنامُحَمَّدٍ

    “Sayyidina Muhammadin” Muhammadin, Nama Muhammad untuk banyak ujian manusia kepadanya, yang pertama dikatakan yang memberikan pertama ialah Abdul Mutholib kata ulama pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya Rasulullah SAW ditanya “kenapa engkau memberikan nama Muhammad sedangkan tidak ada nama orang-orang tuamu dan datuk-datukmu orang yang bernama Muhammad?” dijawab oleh Abdul Mutholib “aku berharap dia menjadi manusia yang dipuji oleh penduduk langit dan bumi” dan Allah SWT sudah membuktikan hal itu Nabi Muhammad SAW telah dipuji oleh penduduk langit dan penduduk bumi semuanya mendapat keberkahan Rahmat dari Rasulullah SAW. Dan pendapat yang kedua ialah Ibunya ketika hamil didatangi oleh sayyidina Jibril mengatakan“kau telah hamil dan mengandung Pimpinan Manusia, kalau engkau nanti melahirkannya maka namakan ia dengan Muhammad, didalam dunia jasad dinamakan Muhammad dan dialam arwah dikenal dengan Ahmad”.

    خاتمالنبيين

    “Penutup Para Nabi”
    Khotaman dimakna Akhir, dimakna Thobi’. Makna Khotam berarti penyempurna atau yang Cap Terakhir udah tidak ada lagi keNabian setelahnya ialah Akhir keNabian itu maknanya Khotam. “النبيين” yaitu para Nabi, seorang manusia yang merdeka yang diturunkan kepadanya Wahyu dan dibanyak ilmu Fiqih yang tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut, tapi Al Imam Al Bhaidhowi mengatakan ini kesalahan fatal katanya, Imam Bhaidhowi mengatakan “tetap diperintahkan untuk menyabarkan, menyampaikan wahyu yang diterima tapi tidak membawa perubahan dari syariat Rasul yang ada dizamannya, itu Nabi. Kalau Rasul ialah ia membawa syariah memperbaharui syariah dari yang sebelumnya, bersih daripada kehinaan orang tua (Ibunya dan Bapaknya) tidak sebagai orang-orang yang melakukan hal yang diharamkan oleh Allah SWT, atau kerendahan Bapaknya (Contoh : tukang sapu atau hal-hal yang kurang pantas untuk kedudukan Ke Nabian Disisi Allah SWT).

    وآله

    “Dan Keluarganya”
    dan keluarganya, maknanya keluarga ada 4 bagian kata ulama yaitu yang pertama dalam kedudukan doa, dan mendoakan setiap hamba Allah yang beriman kepada Allah SWT, itu keluarganya Nabi SAW. Yang kedia ialah kedudukan pujian, yang dipuji, setiap yang beriman yang bertakwa, itu juga termasuk keluarganya Nabi SAW. Yang ke tiga yaitu dalam kedudukan dalam menerima Zakat itu ialah Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Yang ke Empat yaitu Ahlul Baiyt, keluarga rumah tangganya Nabi SAW yang di gelar dengan Ahlul Kisa’ yang diselendangi oleh Nabi SAW itu hanya Sayyidahtuna Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan wal Sayyidina Husein dan Rasulullah SAW, dan keturunan daripada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein itu Ahlul Kisa’. Banyak orang sekarang sudah ramai di youtube, sudah mulai kelihatan yang busuk-busuk hatinya mengatakan “tidak ada keluaganya Nabi SAW, sudah terputus sudah tidak ada keturunan lagi” (نعوذ بالله من ذلك). Dalam hadits Nabi SAW :

    كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة الا سببى ونسبى.

    ( رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى )

    “ Semua sebab dan nasab putus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.”
    (HR. At Tobroni, Al Hakim dan Al Baihaqi)
    Yaa mungkin karena oknum-oknumnya juga, kita tidak menyalahkan. Mungkin dia tidak suka ada Habaib-Habaib ada keturuan Nabi SAW yang dilihat didepan matanya, itu wajibkan kita nasehatin. Mereka itu sama dengan manusia biasa harus dapat nasehat, harus dapet ingetan. Dulu Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir dan Habib Thohir Bin Husein Bin Thohir ketika datang ke Tarim ziarah ke Zambal keluar mendapatkan 1 orang Masyaekh diingetin “alhamdulillah aku tidak menjadi keturunan Nabi SAW” ditanya “kenapa?” dijawab “kalau akau jatuh, maka akan jatuh dari tangga yang kecil, kalau ente jatuh dari tingkat yang tinggi, engkau memegang kedudukan yang sangat besar, maqam yang sangat tinggi yaitu maqamnya Rasulullah SAW”, “maka dari situ aku semangat beribadah semanga menuntut ilmu, semangat untuk melakukan hal-hal yang terbaik untuk membahagiakan dari pada datukku Rasulullah SAW”. Boleh saja mengkritik tapi jangan sampai memperlihatkan kebencian takutknya nanti berbaliknya yang tidak enak, kita tidak minta disanjung tidak minta dipuji-puji, apakah ada para habaib yang kita kenal minta dipuji minta disanjung minta diciumin tangan? Itu paling sakit, dulu Habib Husein berani beliau paling tidak mau dicium tangannya, tapi karena dari kriteria orang yang tidak mau disalamin, itu terpaksa dia walaupun dia paling tidak mau dicium tangan sama orang kerena berat, malu kita, tau diri kita, tapi kita perlu nasehat perlu ingetin kalau ada hal-hal yang tidak baik dari kalangan keluarganya Raslullah SAW, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kembali kejalan yang lurus sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Jangan kita jadi kaum yang benci kepada keluarganya Nabi SAW, benci kepada sahabatnya Nabi SAW (نعوذ بالله منغضبالله).

    وصحبه

    “Dan para sahabatnya”
    Para sahabatnya ada 4 juga kriterianya. Yang pertama ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW pada masa hidupnya, yang kedua yaitu yang berkumpul bersama Nabi SAW dibumi bukan di langit (ada yang ketemu dilangit? Ada, pada waktu isra’ wal mi’raj Nabi SAW ketemu dengan para Nabi dan para malaikat. Namun apakah semuanya dinamakan sahabat? Tidak),yang ke tiga ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW setelah Nabi SAW dinobatkan sebagai Nabi yaitu setelah diperintahkan untuk menyampaikan keNabiannya, kemuadian yang ke empat yang meninggal dengan keadaan beriman kepada Nabi SAW. Kita tidak menutupi ada sahabat yang kembali dalam kekufuran itu tidak dinamakan sahabat, pada dasarnya sudah hilang gelar sebagai sahabat Nabi SAW ketika ia keluar dari keimanan, namun ketika ia mati dalam keadaan iman kepada Nabi SAW itulah yang dinamakan sahabat Nabi SAW.